Saya ingat, waktu saya kelas 1 SD, ada pelajaran Pendidikan
Moral Pancasila (jadul banget ga sih guweeee, plis deh PMP, :p). Kebetulan, Bab
pertama di pelajaran tersebut mengajarkan bahwa kita harus saling menghormati
antar sesama, karena kita dihadapkan pada berbagai macam perbedaan, baik agama,
suku, dan yang lainnya. Disitu, salah satu contohnya disebutkan bahwa misalkan
Yohanes beragama Kristen, tetap harus menghormati Ahmad yang lagi puasa di
Bulan Ramadhan, vice versa.
Saya menyadari bahwa Indonesia memang beragam. Saling
menghormati sesama umat beragama atau dengan suku lain adalah suatu keharusan.
Saya pun yakin bahwa saya selalu menerapkan hal tersebut. Hanya saja, saya
tidak sadar akan tindakan saling menghormati tersebut, even sewaktu saya
mengalami masa sekolah, yang mana disitulah waktu maksimal saya berinteraksi.
Waktu TK, saya ga peduli dan mungkin belum mengerti
teman-teman saya berasal dari suku apa dan agamanya apa. Waktu SD, saya tidak
begitu mempedulikan teman-teman saya berasal dari mana dan agamanya apa. Yang
jelas, saya mengalami masa SD di Bandung, yang lingkungannya adalah mayoritas
Islam, teman-teman seangkatanpun tidak ada yang beragama Hindu dan Buddha,
hanya dua orang yang beragama Kristen, dan saya masih inget namanya, Selly dan
Sahata, ingatan saya kuat juga yaaaa, huahahaha.
Lanjut ke fase setelah SD, yaitu SMP dan SMA. Teman-teman
yang berbeda suku dan agama semakin banyak dibanding SD, walaupun masih
mayoritas suku Sunda dan Agama Islam. Dan saya lagi-lagi gak peduli =))
Kemudian, lanjut fase kuliah. Ya, tempat kuliah saya
merupakan universitas negeri di Bandung, cukup menjadi tujuan favorit
orang-orang untuk menimba ilmu. Jadiiiii, saya makin bertemu orang yang
beragam, mulai dari suku Jawa, Padang, Batak, Dayak, serta Agama pun beragam,
dan saya menyadari bahwa perbedaan itu indah, walaupun geng saya waktu kuliah
bisa dibilang sukuisme sekali, orang Jakarta rata-rata gengnya ya sama orang
Jakarta lagi, orang Batak gengnya ya sama orang Batak lagi, dan geng saya
sendiri Suku Sunda semua =))
Setelah selesai melalui masa sekolah, saya masuk dalam fase
baru, yaitu bekerja. Saya bekerja di sebuah bank BUMN besar. Di tempat kerja
saya ini, saya merasakan hal yang luarrrrrrr biasaaaaa. Disinilah saya melihat bahwa
memang Indonesia itu sangat beragam dan kaya. Subhanallah. Disinilah saya bertemu dengan
beragaaaaaaaaaaam macam suku dan agama. Saya tidak bisa lagi berkumpul dan
membentuk geng dengan sesama Sundanese. Disinilah saya anggap fase
mempraktekkan materi PMP yang bahkan saya telah dapat pada kelas 1 SD. Disini,
saya tidak melulu bertemu dengan yang namanya Ujang, Asep, dll, tapi saya bertemu
dengan Yono, Andi, I, I Gusti, Gultom, Paliling, dll. Dan saya tidak hanya
menemukan 2 orang yang beragama kristen, tapi juga bertemu dengan orang Buddha,
serta banyak orang Hindu.
Semakin banyak mengenal suku lain, saya makin tertarik
dengan masing-masing kebudayaannya. Saya juga jadi tertarik mengunjungi
berbagai kota di seluruh penjuru tanah air. Padahal, dulu saya kurung batok banget. Kurung batok itu
salah satu istilah sunda yang kira-kira artinyaaaa adalah ga berani ke luar
rumah. Dulu, saya pergi dari Bandung ke Jakarta pun takut. Kalo sekarang sih
kemanapun saya berani sendiri, asal bawa duit banyak aja lah, hihi.
Dear Indonesia, kamu memang kaya... Kamu punya daratan yang
luas, lautan apalagi. Banyak gunung, tapi banyak juga pantai. Punya berbagai macam
bahasa. Dan kamu hebat, dijajah 350 tahun oleh
Belanda, tapi tidak lantas Bahasa Belanda menjadi bahasa nasionalmu.
Goooo Keragaman Indonesia!
0 komentar:
Post a Comment